BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manajemen merupakan
proses mengerakkan orang lain untuk memperoleh hasil tertentu dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Proses dalam manajemen
merupakan bentuk kemampuan atau keterampilan memperoleh hasil dalam pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan organisasi. Karena itu, dalam manajemen
mencakup konsep kepemimpinan, human relations (hubungan manusia), pengambilan
keputusan, manusia, sarana, dan kerjasama.(Siagian, 1973 dalam Nasution,
2010:9). Dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, seorang manajer bekerja
dengan dan melalui orang lain yang ada di dalam organisasi serta orang diluar
organisasi tempatnya berkarnya yang berperan secara langsung ataupun tidak
langsung dalam mencapai tujuan rganisasi. selain itu, manajer berperan sebagai
saluran komunikasi dalam organisasi untuk saling membantu dalam melakukan
fungsi-fungsi manajemen (Tunggal, 1993:14).
Dalam manajemen
kehumasan, fungsi pokok atau tahapan dalam manajemen meliputi fungsi
perencanaan, yaitu menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai,
berapa lama, berapa orang, yang diperlukan dan berapa jumlah biayanya; fungsi
pengorganisasian, yaitu kegiatan membagi tugas pada orang yang terlibat dalam
organisasi,; fungsi penggerakan; fungsi pengkoordinasian;fungsi pengarahan; dan
fungsi pengawasan (Nasution, 2010:11-14). Seorang pejabat humas dalam suatu
lembaga pendidikan haruslah memenuhi beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu memiliki kemampuan menganalisis suatu opini atau berbagai persoalan,
mempengaruhi pendapat masyarakat yang
dihadapinya, menjalin hubungan yang baik antara lembaga pendidikan, kemampuan
menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan pesan, informasi dan
publikasi lainnya, melayani masyarakat sebaik mungkin, bersikap terampil dalam
menerjemahkan kebijakan lembaga pendidikan dalam arti sempit dan mengaitkan
dengan kebijakan pemerintah dalam arti luas, mendengar aspirasi masyarakat,
memberikan motivasi pada pihak lain, dan lebih banyak menggunakan komunikasi
lisan dan tulisan sebagai media penyampaian pesan dan informasi.
Adapun guna kelancaran
pelaksanaan kegiatan program yang telah ditetapkan pejabat humas atau pimpinan
pada lembaga pendidikan dilakukan dengan komunikasi (Nasution, 2010:15).
Pentingnya komunikasi dalam kegiatan program pendidikan tersebut, maka dalam
makalah ini perlu dibahas materi tentang sumber-sumber komunikasi untuk lebih
memahami dan memahami beberapa masalah yang berkaitan dengan komunikasi.
B.
Topik Pembahasan
Adapun Permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Hakikat Komunikasi
2.
Jenis-jenis komunikasi
3.
Sumber-sumber komunikasi
4.
Unsur komunikasi
5.
Fungsi komunikasi
BAB II
SUMBER KONTEN KOMUNIKASI
A.
Hakikat Komunikasi
Kata
komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis
yang berarti sama, communico,
communication, atau cmmunicare
yang berarti membuat sama (to make
common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu maksa, atau
suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut (Mulyana, 2000:42).
Konseptualisasi
komunikasi sebagaimana dikemukakan Wenburg dan Wilmot serta Sereno dan Bodaken
dalam Mulyana (2004:61-62), setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai
komunikasi, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai
interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi
sebagai tindakan satu arah mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari
seseorang atau suatu lembaga kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya
baik secara langsung maupun melalui media. Michael Bugon dalam Mulyana menyebut
komunikasi ini sebagai definisi berrientasi sumber yaitu yang mengisyaratkan
komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seserang untuk
menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain (2004:61).
Komunikasi
sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau
aksi reaksi yang arahnya bergantian. Komunikasi ini dipandang lebih dinamis
dari pada kmunikasi sebagai tindakan satu arah (Mulyana, 2004:66).
Adapun
Komunikasi sebagai transaksi menurut Mulyana pula merupakan komunikasi yang tidak terbatas pada komunikasi yang
disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah
para pelakunya menyengaja atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respon
yang tidak dapat diamati (2004:67).
B.
Persepsi: Inti Komunikasi
Persepsi
adalah inti komunikasi, sedangkan interpretasi adalah inti persepsi, yang
identik dengan penyandian balik (decoding)
dalam proses komunikasi. menurut Cohen dalam Mulyana (2004:167), persepsi
didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative
bjek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada
di luar sana.
Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi kita tidak akurat, maka
tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi meliputi pengindraan
(sensasi) melalui alat-alat indera, atensi dan interpretasi. Persepsi dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu persepsi terhadap lingkungan fisik, persepsi
social, dan persepsi dan budaya.
Persepsi
terhadap lingkungan fisik sering
mengalami ketidaksepakatan karena terkadang indera ‘menipu’ manusia. Latar
belakang pengalaman, budaya, dan suasana psikologis yang berbeda juga dapat
membuat persepsi terhadap suatu objek berbeda. Adapun persepsi social adalah
menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian
yang dialami di sekitar kita. Persepsi social ini dapat dipengaruhi
pengalaman, bersifat selektif, dugaan, evaluatif, dan kontekstual. Adapun
persepsi dan budaya juga saling mempengaruhi, terutama agama, ideology,
intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan mauun cita rasa (Mulyana,
2000:172-196)
C.
Sumber-sumber Konten Komunikasi
Pendidikan adalah
sebuah ‘perusahaan’ publik. Hal ini berimplikasi bahwa masyarakat berhak untuk
mengetahu apa saja yang terjadi di dalamnya.
Asumsi lain adalah bahwa dukungan moral dan keuangan dalam sekolah terjadi dengan melibatkan masyarakat. Keterlibatan tersebut mendorong masyarakat untuk mengidentifikasi beberapa permasalahan bersama sekolah dan untuk menumbuhkan rasa ikut memiliki di dalamnya. Asumsi ketiga adalah bahwa sekolah sedang menghadapi sejumlah masalah serius dan metode pemecahan tradisinal yang tidak lagi memadai. Keterlibatan masyarakat ini dapat memberi dampak positif, misalnya praktek-praktek seperti tawar-menawar dengan karyawan secara individual, keputusan sepihak, membuat kebijakan pribadi yang otoriter dan tertutup rapat tidak lagi bisa diterapkan. Pernyataan ini berlaku sama untuk sekolah negeri dan swasta (Unruh & Willer, 1974:110).
Asumsi lain adalah bahwa dukungan moral dan keuangan dalam sekolah terjadi dengan melibatkan masyarakat. Keterlibatan tersebut mendorong masyarakat untuk mengidentifikasi beberapa permasalahan bersama sekolah dan untuk menumbuhkan rasa ikut memiliki di dalamnya. Asumsi ketiga adalah bahwa sekolah sedang menghadapi sejumlah masalah serius dan metode pemecahan tradisinal yang tidak lagi memadai. Keterlibatan masyarakat ini dapat memberi dampak positif, misalnya praktek-praktek seperti tawar-menawar dengan karyawan secara individual, keputusan sepihak, membuat kebijakan pribadi yang otoriter dan tertutup rapat tidak lagi bisa diterapkan. Pernyataan ini berlaku sama untuk sekolah negeri dan swasta (Unruh & Willer, 1974:110).
Asumsi keempat
adalah bahwa pemahaman tentang komunikasi yang tepat itu efektif dalam mengembangkan
hubungan komunitas sekolah yang lebih baik. Komunikasi yang efektif dapat
membawa sekolah dan masyarakat bekerja bersama-sama, atau menjembatani
perbedaan antara keduanya. Asumsi kelima adalah bahwa relasi publik memiliki
potensi dapat memperoleh dukungan masyarakat yang lebih luas sehingga instansi
sekolah dapat memperleh beberapa keuntungan. Asumsi terakhir adalah bahwa di
Amerika, sekolah dan pendidikan akan
menerima dukungan yang memadai jika masyarakat terus menerima informasi.
Untuk dukungan dan
penguatan sekolah, perlu dicari sumber-sumber konten komunikasi. Di Michigan,
Amerika, pada tahun 1975, surat kabar setempat menentukan jenis informasi yang
mereka beritakan tentang sekolah-sekolah, dan juga disediakan rubrik yang
dikhususkan untuk berita sekolah. Berita baik tentang sekolah ditulis dari
sekian banyak berita buruk yang ada dalam surat kabar tersebut.
Sekolah didirikan untuk rakyat, oleh rakyat, dan dari rakyat. Mengapa kemudian, bahwa berita sekolah begitu sedikit yang dipublikasikan? Satu jawaban yang mungkin adalah bahwa orang sekolah tidak tahu apa kepentingan publik. Hal ini juga mungkin bahwa sekolah lebih memilih untuk menyembunyikan cerita tentang nilai prestasi rendah, kerugian dalam pendaftaran, catatan kehadiran yang buruk, kecelakaan, statistik putus sekolah, perkelahian antara siswa dan berita tidak menyenangkan lainnya.
Sekolah didirikan untuk rakyat, oleh rakyat, dan dari rakyat. Mengapa kemudian, bahwa berita sekolah begitu sedikit yang dipublikasikan? Satu jawaban yang mungkin adalah bahwa orang sekolah tidak tahu apa kepentingan publik. Hal ini juga mungkin bahwa sekolah lebih memilih untuk menyembunyikan cerita tentang nilai prestasi rendah, kerugian dalam pendaftaran, catatan kehadiran yang buruk, kecelakaan, statistik putus sekolah, perkelahian antara siswa dan berita tidak menyenangkan lainnya.
Menurut
Laswell sebagaimana dikutip Mulyana (2000:62), sumber (source) kmunikasi disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding),
komunikator (communicator), pembicara
(speaker), atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok,
organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara.
Sedangkan
dalam draft kehumasan Kementerian Agama disebutkan bahwa sumber-sumber
kehumasan antara lain:
1.
Kebijaksanaan umum
2.
Kebijaksanaan Operasional
3.
Peraturan perundang-undangan
4.
Hasil pelaksanaan kebijaksanaan umum dan operasional
5.
Hasil pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan
6.
Hasil pelaksanaan tugas lain yang berkaitan dengan tugas instansi
7.
Referensi lain sebagai sumber
8.
Petunjuk pimpinan
Adapun
pejabat kehumasan atau pelaksana humas selaku komunikator harus memahami
sumber-sumber komunikasi tersebut dan mengolahnya dalam bentuk pesan. Praktisi
kehumasan dalam mencapai tujuan kehumasan harus memiliki:
1.
Kreatifitas suatu gagasan, pemikiran, atau ide-ide yang kreatif dalam
melaksanakan program kerja humas
2.
Kemampuan sebagai konseptor dalam menyusun program kerja humas di lembaga
pendidikan
3.
Kemampuan menguasai teknik komunikasi, baik lisan maupun tulisan dalam
menyampaikan informasi atau pesan dari lembaga pendidikannya
4.
Kemampuan untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya
Untuk mendapatkan
dukungan dan antusiasme dari masyarakat, pihak sekolah harus mendengarkan apa
yang mereka pikirkan tentang lembaga sekolah. Beberapa hal yang perlu diketahui
oleh masyarakat diantaranya:
1.
Apa yang
telah dilakukan sekolah untuk anak-anak mereka?
2.
Apa yang
sedang direncanakan sekolah agar lebih baik kedepannya?
3.
Bagaimanakah
sekolah tersebut jika dibandingkan dengan sekolah lain?
4.
Bagaimanakah
mata pelajaran diajarkan di sekolah?
5.
Apa saja yang
dilakukan guru di sekolah?
6.
Berita-berita
lain seperti proyek siswa, kesehatan, bimbingan, kisah sukses alumni dan
lainnya (Unruh & Willer, 1974:115)
Adapun
teknik komunikasi yang dapat dilakukan dalam hubungan masyarakat dengan
sekolah, diantaranya:
1.
Konferensi atau pertemuan rutin
2.
Open house program
3.
Komunikasi telepn
4.
Kehadiran pihak sekolah dalam kegiatan kemasyarakatan
5.
Kehadiran parental pada acara sekolah
6.
Komentar-komentar dan pendapat siswa untuk guru dan administrator sekolah
7.
Surat menyurat
8.
Kontak informal dengan masyarakat seperti pengajian, kesempatan
pertemuan, dan lainnya
9.
Pemberian respon pada laporan siswa
10.
Komunitas survey
Selain
melalui media komunikasi, satu hal yang penting menurut adalah bahwa orang
merupakan berita. Selain guru dan administrator, sekolah juga mempekerjakan
penjaga sekolah, penjaga kantin, petugas kesehatan, perawat bangunan, sopir mobil
sekolah dan tenaga kerja lain. Melalui orang-orang ini, pihak sekolah dapat
memberitakan cerita membanggakan tentang sekolah, misalnya prestasi yang telah
diraih, alumni yang membanggakan, dan berita lain. Cerita ini dapat membentuk
dasar hubungan langsung dan hubungan masyarakat yang baik.
Demikian pula dengan rapat atau
pengambilan keputusan sekolah perlu dilakukan secara terbuka, misalnya rapat
komite sekolah maupun pengambilan kebijakan lain. Bila diperlukan, pertemuan
tersebut dipublikasikan melalui koran sekolah, atau sarana publik lain agar
masyarakat tahu alasan-alasan sekolah dalam menerapkan kebijakan-kebijakan
untuk siswa maupun keputusan-keputusan yang diambil.
D.
Unsur Komunikasi
Dalam suatu proses
komunikasi terdapat tiga unsure yang mutlak harus dipenuhi. Setiap unsure dalam
komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling bergantung satu sama
lain. Menurut Lestari dan Maliki (206:6-8), unsure-unsur komunikasi yaitu:
1.
Komunikator. Komunikator atau sender/pengirim adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataan kepada komunikan. Komunikator bisa merupakan
perorangan, kelompok, atau organisasi pengirim berita.
2.
Komunikan. Komunikan/receiver atau penerima adalah partner atau rekan
dari komunikator yang berperan sebagai penerima berita.
3.
Chanel/saluran/media. Channel adalah saluran atau jalan yang dilalui
feedback komunikan kepada komunikator yang digunakan oleh pengirim pesan.
E.
Fungsi Komunikasi
Menurut Mulyana
(2000:5-39), fungsi-fungsi komunikasi adalah:
1.
Komunikasi Sosial
Komunikasi
social mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun knsep diri,
aktualisasi diri,, kelangsungan hidup, u ntuk mempertahankan kebahagiaan, dan
menghindarkan ketegangan. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggta
masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
2.
Komunikasi Ekspresif
Komunikasi
ekspresif dapat menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)
kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan
non verbal.
3.
Komunikasi Ritual
Kegiatan
ritual memungkinkan para peserta suatu kelompok untuk berbagi komitmen
emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka. Komunikasi ritual biasanya
dilakukan secara kolektif, Suatu komunitas biasanya melakukan upacara-upacara
sepanjang tahun yang disebut oleh para antrpolog sebagai rites of passage.
4.
Komunikasi Instrumental
Komunikasi
instrumental dapat disebut membujuk atau bersifat persuasive. Komunikasi ini
mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga
untuk menghibur.
F.
Jenis Komunikasi
Menurut
Terry (1972) dalam Nasution (2010:15-16), dalam suatu manajemen terdapat lima jenis komunikasi
dalam organisasi, yakni:
1.
Komunikasi Formal
Komunikasi
formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam jalur organisasi yang formal yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab, misalnya instruksi tertulis dan lisan
sesuai prosedur
2.
Komunikasi non formal
Komunikasi
non formal adalah komunikasi yang dilakukan diluar jalur formal secara
fungsional misalnya hubungan pribadi dengan orang lain
3.
Komunikasi in formal
Komunikasi
informal afalah komunikasi yang dilakukan karena terjadinya kontak hubungan
antar manusia lebih dominant yang terkait dengan aspek-aspek kejiwaan, lebih
sensitive, dan sentimental. Kmunikasi informal ini banyak dilakukan oleh pihak
bagian kepegawaian untuk mengetahui aspek psikologis karyawan
4.
Komunikasi teknis
Komunikasi
teknis adalah komunikasi yang bersifat teknis yang dapat dipahami oleh tenaga
kerja tertentu.
5.
Komunikasi procedural
Komunikasi ini lebih dekat dengan
komunikasi formal, misalnya pedoman teknis, peraturan lembaga pendidikan, dan
lainnya.
G.
Efektifitas Komunikasi
Sedikitnya
ada lima aspek yang harus dipahami untuk membangun kmunikasi yang efektif, yaitu
kejelasan (charity), ketepatan (accuracy), konteks (context),
alur (flow), dan budaya (budaya). Adapun strategi membangun komunikasi yang
efektif menurut Lestari dan Maliki (2006:24-27) perlu memperhatikan beberapa
hal, yaitu mengetahui mitra bcara, mengetahui tujuan, memperhatikan konteks,
mempelajari kultur,dan memahami bahasa.
Sedangkan
komunikasi interpersonal dinyatakan efektif
apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsure, akan
tetapi hubungan interpersonal merupakan
yang paling penting (Taylor,
1997, dalam Rakhmat (2000:118). Kegagalan komunikasi sekunder terjadi bila isi
pesan dipahami tetapi hubungan antara komunikan menjadi rusak.. Setiap kali
kita menyampaikan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyapaikan isi pesan,
tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan hanya
menentukan content tetapi juga relationship.
.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi
dapat berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau
hubungan. Komunikasi juga berarti berbagi (share),
atau bertukar pendapat, perasaan, informassi dan sebagainya. Komunikasi
memiliki fungsi untuk melangsungkan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup
masyarakat.
Dalam
menjalankan tugas manajerial lembaga sekolah, salah satunya diperlukan
pelaksanaan tugas kehumasan. Seorang pranata humas dituntut untuk memiliki
penguasaan dan penggunaan teknik komunikasi yang efektif agar pesan yang ingin
disampaikan sekolah dapat diterima masyarakat dan memberi akibat yang positif.
B.
Saran
Sebagai
seorang yang memiliki kepedulian terhadap keberhasilan proses pendidikan, seyogyanya kita memahami dan menguasai
beberapa aspek yang berkaitan dengan kelancaran prses pendidikan, diantaranya
aspek kmunikasi.
Daftar Pustaka
Draft Kehumasan Kementerian
Agama Republik Indnesia, disampaikan
dalam seminar Kehumasan di Agro Wisata Hotel, Malang tanggal 16-17 Desember
2010
Fajar, Marhaeni. 209. Ilmu
Komunikasi, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu
Lestari, Endang & MA
Maliki. 2006. Komunikasi yang Efektif.
Jakarta: Lembaga Admnistrasi Negara RI
Mulyana, Dedi. 2000. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, Zulkarnain. 2010.
Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan.
Malang: UMM Press
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar