Selasa, 01 Juli 2014

MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN (DESIGNING TRAINING PROGRAMS, CHAPTER 5, IDENTIFYING LEARNING NEEDS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.        LATAR BELAKANG
Berbeda dengan abad-abad sebelumnya, di era abad ini, pembelajaran sudah merupakan suatu keharusan untuk memperoleh suatu keberlangsungan hidup yang bermakna. Geissler (2000) dalam Surya, 2003:426) menyatakan bahwa “learning has become the citizen’s first duty. Stop learning and you stop living”. Geiser juga menjelaskan bahwa di millennium ketiga ini manusia dituntut untuk melakukan ”learning offensive” atau ofensif dalam pembelajaran dengan alasan bahwa pola-pola individualisasi dalam era post modern yang mendorong adanya pemenuhan diri (self fulfillment) yang berlangsung secara simultan dengan keharusan untuk mencapainya; makin meningkatnya perilaku reflektif dalam kehidupan; adanya tantangan globalisasi dan internasionalisasi; dan adanya koreksi terhadap struktur waktu masyarakat (Surya, 2003:427).
Tantangan pendidikan yang semakin berat ini perlu diimbangi dengan perbaikan kualitas pendidikan baik itu dari segi metode, kurikulum, sarana prasarana, maupun kualitas guru. Usaha peningkatan kualitas ini dapat dilakukan dengan mengasakan pendidikan dan latihan bagi guru dan administrator pendidikan.
Untuk lebih mendalami permasalahan pelatihan dan mengenali kebutuhan pendidikan dan latihan, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang mengidentifikasi kebutuhan penddikan maupun pelatihan

B.         TOPIK PEMBAHASAN
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.          Bagaimanakah proses mengidentifikasi program pendidikan menurut Nadler dalam Bukunya Designing Training Programs?
2.          Bagaimanakah kondisi objektif Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso?
3.          Bagaimana analisa data mengenai kondisi tersebut?

BAB II
IDENTIFYING LEARNING NEEDS

MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENDIDIKAN
Mengenali kebutuhan pendidikan merupakan salah satu elemen dari Model Kritik Kegiatan yang difokuskan pada kebutuhan belajar yang lebih spesifik bagi orang-orang yang menerima pendidikan atau pelatihan. Dalam hal ini difokuskan pada personil atau grup yang yang akan melaksanakan kegiatan atau pekerjaan tertentu yang telah direncanakan. Berikut hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam mengenali kebutuhan pelatihan

1.      PERSONIL/INDIVIDU
Nilai-nilai
Salah satu tujuan dari program pembelajaran yang baik adalah untuk menjembatani perbedaan antara personil dan pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga personil tersebut dapat bekerja dengan cara yang berujung pada titik temu yaitu tujuan organisasi, karena ketika tujuan individu berbeda dengan tujuan organisasi, maka pendidikan atau pelatihan dapat menyia-nyiakan sumberdaya yang berharga. Jika telah teridentifikasi bahwa seseorang tidak cocok dengan suatu pekerjaan atau jabatan, maka penugasan kembali akan lebih cocok dari pada melakukan program pelatihan.
            Kebutuhan
            Kebutuhan merupakan perbedaan yang terjadi antara tujuan yang direncanakan dengan apa yang telah ada. Tidak ada kebutuhan sampai seseorang merasakan kekurangan akan sesuatu hal. Kebutuhan yang akan dibahas adalah kebutuhan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan untuk mengenali kebutuhan, yaitu:
  1. Kebutuhan yang ada
yaitu kebutuhan-kebutuhan yang terlihat ketika seseorang telah bekerja dalam kegiatan yang telah ditentukan dengan jelas, misalnya seorang guru yang mengajar pada suatu sekolah perlu dibekali pengetahuan cukup tentang internet
  1. Kebutuhan yang diinginkan
Yaitu kebutuhan yang dapat muncul ketika terdapat perubahan proses, teknologi, atau materi, dimana seseorang dituntut untuk tampil lebih efektif ketika berada di tempat baru. Misalnya diadakan pelatihan tentang internet untuk guru pada sekolah tertentu
  1. Kebutuhan yang dirasakan
Kebutuhan ini merupakan yang paling kuat, yaitu ketika seseorang ingin tampil lebih baik dalam suatu posisi serta ketika perbedaan antara harapan dan keadaan telah jelas terlihat maka disinilah muncul kebutuhan ini. Misalnya guru yang telah dibekali pengetahuan tentang internet, perlu ditetapkan untuk diletakkan pada sekolah yang sangat memerlukan.

2.      PENGUMPULAN DATA
Data-data perlu dikumpulkan untuk mengidentifikasi kebutuhan personil dalam suatu pekerjaan.
            Penentuan Sampel, Sumber dan Metode
            Penentuan sample terutama dalam dunia kependidikan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi populasi, menyusun nama-nama supervisor, lalu mengambil sample darinya. Setelah itu dapat dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa metode, seperti angket, kuisioner maupun metode lainnya.
           
3.      SUMBER DATA
Sumber data diusahakan sespesifik mungkin. Dalam program pelatihan, sumber haruslah diambil dari personil yang memang memegang suatu pekerjaan atau jabatan dan mereka yang mencerminkan performa pekerjaan. Penentuan sumber data dapat dinilai dari produk atau hasil pekerjaan, penilaian performa, atasan, dan bawahan.

4.      METODE
Fokus metode disini adalah diterapkan untuk mereka yang benar-benar memegang suatu pekerjaan yang sedang dirancang program pelatihannya Adapun metode-metode  yang dapat dilaksanakan yaitu Rapat/pertemuan Melalui pertemuan dapat bertemu dan bertukar pikiran antara supervisor dan bawahan yang masih akan menempuh pelatihan. Disana juga dapat didiskusikan beberapa pelatihan terdahulu dan yang akan dilaksanakan. Selain rapat, metode lain yang mungkin digunakan adalah interview, observasi, kuisioner, maupun tes.

5.      MENDATA KEBUTUHAN
Setelah melalui beberapa tahap diatas, maka dapat ditentukan kebutuhan yang dapat diidentifikasi. Pendataan diteruskan dengan mengorganisir pelatihan yang perlu dilaksanaan.

6.      EVALUASI DAN UMPAN BALIK
Dengan data di tangan, seorang perancang pelatihan dapat menganalisa siapa saja individu yang perlu dilibatkan dalam kegiatan pelatihan dan mengambil feedback dari orang-orang yang telah terlatih.

BAB III
KONDISI OBJEKTIF KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN BONDOWOSO

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso merupakan instansi pemerintahan bertipologi 1 A. Menurut Keputusan Menteri Agama Nomor 373 tahun 2002, Kantor Kementerian Agama Tipologi 1 A membawahi 6 seksi dan 1 penyelenggara, yaitu Seksi Urusan Agama Islam, Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Seksi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Seksi Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid, Seksi Penyelenggara Haji dan Umrh, serta Penyelenggara Zakat dan Wakaf. Cukup banyaknya kegiatan dan program yang harus dijalankan menuntut profesionalisme dan ketepatan penempatan para karyawan sesuai dengan kemampuan dan job deskripsinya.
Karena merupakan lembaga pemerintah, Kankemenag Kab Bondowoso memiliki seperangkat aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Begitu pula dengan penempatan karyawan maupun pendidikan dan latihan yang diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme pegawai,maupun untuk mengisi jabatan yang kosong.
Menurut Analis Kepegawaian Kankemenag Kab Bondowoso, Agus Jaelani, S.PdI pada wawancara tanggal 3 Oktober 2011, pendidikan dan latihan yang dilaksanakan di lingkungan Kankemenag Kab. Bondowoso ditangani langsung melalui Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan. penentuan kebutuhan akan pendidikan dan latihan diawali dengan adanya permintaan data pegawai dan guru bidang studi yang kemudian dipetakan oleh pihak Balai Diklat sendiri dengan menyesuaikan tugas pokok dan fungsi masing-masing pegawai. Kankemenag Kab Bondowoso juga dapat mengusulkan kebutuhan pendidikan dan latihan yang sesuai untuk karyawan yang ada,khususnya untuk meningkatkan profesionalisme pegawai maupun untuk mengisi jabatan yang kosong karena mutasi atau pensiun.
Adapun jenis kediklatan,terbagi menjadi dua,yaitu diklat yang harus diikuti sebagai persyaratan untuk menduduki jabatan tertentu,maupun diklat ketika berada dalam jabatan. Diklat yang harus diikuti sebagai prasyarat jabatan misalnya diklat perencana,sesuai Kemenpan Nomor 16/KEP/M.PAN/III/2007 tentang Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya, diklat analis kepegawaian sesuai permenpan Nomor 36/M.PAN/II/2006 Tentang jabatan fungsional analis kepegawaian. Adapun diklat yang diikuti ketika dalam jabatan misalnya Diklat ADUM untuk Kepala KUA, Kepala Seksi,Kepala Kemenag,diklat bidang study, diklat tata persuratan,kearsipan, IBMN,dan lainnya.
Untuk lebih memfokuskan permasalahan, maka yang akan dibahas lebih spesifik disini adalah beberapa proses pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan guru maupun Kepala Sekolah yang pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso dibawahi oleh seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum (Mapenda).

BAB IV
ANALISIS DATA

Menurut Sallis (2008:155), institusi pendidikan bukan merupakan entitas yang tetap dan tidak berubah. Lembaga pendidikan akan eksis selama ia dapat meraih tujuan yang bermanfaat. Ia dan lingkungannya berada dalam kondisi perubahan yang konstan. Dalam manajemen mutu terpadu dengan segenap perencanaan strategis dan keterlibatan karyawannya mengandung makna tersendiri dalam menghadapi setiap tantangan.
Dalam himpunan pertaturan tentang kepegawaian Kementerian Agama RI disebutkan bahwa UU RI nomor 8 tahun 1974 bagian keenam pasal 31 yang berbunyi: untuk mencapai dayaguna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan pendidikan serta  pengaturan dan penyelenggaraan latihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan. Penjelasan pasal ini menyebutkan bahwa pengaturan dan penyelenggaraan latihan jabatan bagi PNS dimaksudkan agar terjamin keserasian pembinaan PNS. Pengaturan pendidikan serta pengaturan dan penyelenggaraan latihan jabatan meliputi kegiatan perencanaan, termasuk perencanaan anggaran, penentuan standart, pemberian akreditasi, penilaian dan pengawasan. Di bidang pendidikan hanya meliputi pengaturan, sedang penyelenggaraannya diserahkan pada badan pendidikan yang telah ada. Menurut Pusat Pendidikan dan Latihan Keuangan Jakarta, Training Needs Analysis atau biasa disingkat TNA merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebelum diselenggarakan sebuah diklat. Hasil dari TNA inilah yang kemudian digunakan sebagai rujukan oleh pihak pengelola diklat (BPPK) untuk mendesain suatu program diklat sehingga program diklat yang dihasilkan tersebut tepat sesuai dengan sasaran.
 Tujuan latihan jabatan antara lain adalah:
1. Meningkatkan pengabdian mutu, keahlian dan keterampilan.
2. Meningkatkan adanya pola berfikir yang sama
3. Meningkatkan metode kerja yang lebih baik
4. Membina karier PNS
Pada pokoknya latihan jabatan dapat dibagi dua, yaitu latihan pra jabatan (pre service training), yakni latihan yang diberikan kepada CPNS dengan tujuan agar ia terampil melaksanakan tugas yang akan dipercayakan kepadanya. Kemudian latihan dalam jabatan (in service training) yakni suatu latihan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan (Depag RI, 2003:41-42).
Inservice training merupakan salah satu fungsi kepengawasan yang sangat penting. Persiapan calon guru selam masa pendidikan formal sebagian besar merupakan persiapan yang bersifat teoritis. Banyak hal yang masih perlu dipelajari guru merupakan motif yang mendorong keharusan adanya tambahan bagi guru atau upgrading. Adapun untuk guru senior, dilakukan refreshing melalui in service training. inservice training dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, perkembangan program dan kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat (Purwanto, 2004:94-95).
Adapun upgrading dilakukan untuk meninggikan taraf pengetahuan dan kecakapan pegawai sehingga keahliannya makin luas dan mendalam. Menurut Indrafachrudi, Dirawat dan Lamberi, beberapa teknik dapat dilakukan untuk mempertumbuhkan jabatan guru-guru, yaitu diantaranya:
1.          Teacher  Meeting, yaitu dalam bentuk rapat atau pertemuan guru yang bertujuan untuk menyatukan pandangan guru, mendorong guru untuk melaksanakan tugas dengan baik, menganalisa problematika guru, pertumbuhan pribadi dan jabatannya.
2.          School visitation, atau kunjungan sekolah yang dilakukan oleh supervisor untuk menganalisa dan membantu guru memecahkan masalahnya
3.          Latihan dan pendidikan peningkatan pengetahuan berupa pre service education maupun in service training. Yang bertujuan untuk membantu guru dalam perumbuhan jabatannya, melaksanakan prinsip kepemimpinan pendidikan serta pelaksanaan tugasnya, dan meningkatkan motivasinya. Pelatiha ini sebaiknya dilaksanakan dengan membentuk suatu tim yang bertugas merencanakan dan mempersiapkan segala keperluannya agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan efektif. Persiapan dan perencanaan yang perlu dilakukan antara lain:
a.               Merumuskan dengan jelas masalah-masalah yang menjadi tujuan
b.              Orang-orang yang akan mengikuti
c.               Susunan kegiatan
d.              Tempat, waktu, biaya dan kelengkapan lain yang diperlukan
Setelah kegiatan dilaksanakan, perlu dilakukan evaluasi terhadap seluruh proses yang berlangsung (1996:208-211). Untuk mengukur prestasi, perlu dilakukan standarisasi. Dalam pendidikan, standarisasi dapat dilakukan untuk menguji dan melatih perkembangan staf (Sallis,2008:209).
Keputusan menyelenggarakan kepelatihan harus berdasar pada data yang dihimpun dengan melakukan suatu analisis kebutuhan (needs assessment) (Amins, 2010:35). Analisis kebutuhan mengambil peran yang penting dalam menyajikan informasi sebagai tahap usaha mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja. Analisis kebutuhan mendiagnosis masalah-masalah saat ini dan tantangan-tantangan di masa yang akan dihadapi. Menurut Boydell (1981), setidaknya ada tiga level analisis yang dibutuhkan, yaitu:
1.          Analisis pada level organizational, yakni menganalisis berbagai jenis problematika yang dihadapi organisasi dan posisi yang tepat problematika itu berada.
2.          Analisis pada level operasional yaitu menentuka perilaku yang dituntut dari pemegang jabatan dan standar kinerja yang harus dipenuhi
3.          analisis pada level personalia atau individu, yakni mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan kerja dengan organisasi yang teridentifikasi dengan karakteristik karyawan.
(Amins, 2010: 36)
            Untuk lebih memahami lanjut mengenai level analisis, berikut dikemukakan table kerangka analisisnya (Simamora, 1996 dalam Amins 2010:36)





Analisis Organisational
Analisis Operasional
Analisis Personalia
Tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasional
Deskripsi-deskripsi pegawai
Data penilaian kinerja
Persediaan personalia
Spesifikasi pegawai
Pengambilan sample kerja
Persediaan keahlian
Standar kinerja
Wawancara
Indeks iklim organisasi
Pelaksanaan pegawai
Kuisioner
Indeks efisiensi
Pengambilan sample kerja
Tes-tes keahlian:kemampuan, pengetahuan, dan lain-lain
Perubahan dalam system atau sub system
Telaah literature tentang pegawai
Survey sikap karyawan atau pelanggan
Permintaan-permintaan manajemen
Mengajukan pertanyaan tentang pegawai
Kemajuan-kemajuan kepelatihan
Wawancara keluar
Komite-komite kepelatihan
Skala penilaian
Sistem perencanaan kerja
Analisis masalah-masalah operasional
Teknik kejadian kritis
Survey pelanggan/data kepuasan
Catatan-catatan kerja
Pusat-pusat penilaian



BAB V
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Pendidikan dan pelatihan perlu terus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pendidikan yang semakin kompleks seiring perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. agar pendidikan dan pelatihan dapat berhasil guna, maka perlu dirancang pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan.
Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso, sebagai institusi yang berada dibawah naungan pemerintah, proses dan perencanaan diklat telah ditentukan darI Balai Pendidikan Dan Pelatihan Keagamaan. Walaupun Kankemenag Kabupaten boleh mengajukan kebutuhan diklat, namun seringkali kuota diklat yang turun kurang sesuai dengan kebutuhan.

B.         Saran
Kegiatan pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan seefektif mungkin dengan mempertimbangkan kebutuhan, performa karyawan, dan tuntutan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amins, Achmad.2010. Manajemen Kepelatihan. Yogyakarta: Laksbang Presindo

Departemen Agama RI. 2003. Himpunan Peraturan Tentang Kepegawaian jilid I. Jakarta: Sekretariat Jenderal Biro Kepegawaian

Indrafachrudi, Soekarto; Dirawat & Lamberi, Busro. 1996. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Malang: CV Ardi Manunggal Jaya

Nadler, Leonard. 1982. Designing Training Programs. Canada: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Purwanto, Ngalim. 2004.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sallis, Edward. 2008. Total Quality Management in Education. Terjemah oleh Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi. Ygyakarta: IRCISoD

Surya, Mohammad. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: CV Aneka Ilmu

Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen, Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar