BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok dalam
masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun
organisasi lainnya, terdapat seseorang
yang paling berpengaruh dan dapat dikatakan sebagai pemimpin. Organisasi
akan kurang efisien tanpa pemimpin, bahkan tidak mampu mencapai tujuan yang
ditentukan. Kepemipinan menghadapi berbagai faktor dalam organisasi seperti
struktur, tatanan, koalisi, kekuasaan dan kondisi lingkungan, disamping itu,
kepemimpinan dapat menjadi alat pemecahan terhadap beberapa persoalan dalam
organisasi. Karena pentingnya kepemimpinan inilah, maka kepemimpinan menjadi
perhatian para ahli.
Dalam sejarah pertumbuhan peradaban manusia, banyak ditunjukkan
bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan
organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan. kegagalan dan keberhasilan suatu
organisasi banyak ditentukan oleh sosok pemimpin karena pemimpin merupakan
pengendali penentu arah yang hendak ditempuh oleh suatu organisasi menuju
tujuan yang hendak dicapai.
Konsep kepemimpinan masih menjadi suatu misteri dan
belum ada kesepakatan diantara para ahli tentang apa sebenarnya kepemimpinan
dan bagaimana cara menganalisa kepemimpinan. Kepemimpinan perlu memadukan
beberapa konsep agar kepemimpinan yang ideal dapat tercapai. Perilaku pemimpin
yang positif dan cukup ideal dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan
memotivasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi.
Karena sentralnya peran kepemimpinan tersebut maka
dimensi kepemimpinan yang bersifat kompleks perlu dikaji dan dipahami lebih
mendalam lagi.
B.
Topik Pembahasan
Adapun
permasalaha yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimanakah definisi dan
hakikat kepemimpinan?
2.
Apa saja Teori Kepemimpinan
yang perlu diketahui?
3.
Dimensi-dimensi Kepemimpinan
apa sajakah yang ada dalam teori kepemipinan?
4.
hal apa sajakah yang perlu
dilakukan untuk megembangkan kemampuan pemimpin?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Hakikat
Kepemimpinan
Menurut Purwanto (2004:24), dapat dikemukakan bahwa
terdapat tiga teori kepemimpinan ditinjau dari sejarah perkembangannya, yaitu;
a.
Konsep yang menganggap bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak
lahir yang ada dalam diri seorang pemimpin
b.
Konsep yang lebih modern, yaitu
konsep yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok, yang sukses
tidaknya suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau
sifat-sifat yang ada pada seseorang, namun lebih mengutamakan sifat-sifat
maupun cirri-ciri kelompok yang
dipengaruhinya.
c.
Konsep yang lebih maju lagi,
yaitu konsep yang tidak hanya didasari oleh pandangan psikologis dan
sosiologis, tetapi juga atas konsep ekonomis dan politis.
Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut pandangan
pribadi mereka serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik
bagi para pakar yang bersangkutan. Adapun tujuan dari para peneliti diantaranya:
d.
mengadakan identifikasi para
pemimpin
e.
melatih para pemimpin
f.
menemukan apa yang dikerjakan
para pemimpin
g.
menentukan bagaimana pemimpin
diseleksi
h.
untuk membandingkan efektifitas
pemimpin (Wahyosumidjo, 2002:18 )
Oleh karena itu, menemui adanya definisi kepemimpinan
yang tunggal sangatlah sulit.
Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik
dalam Wahjosumidjo (2002: 17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi
orang lain dengan sengaja, dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk
mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Adapun menurut Ivanchevich (1995:
334 ), kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan
untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu. Sutisna (1993), dalam
Mulyasa (2004:107) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi
tertentu. Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut Supardi (1988) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi, memotivasi,
mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbin, menyuruh, memerintah, melarang,
dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan maksud agar manusia
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi
secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Atmosudirdjo dalam Fattah
(2004:25) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk persuasi seni (art)
pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human
relation dan motivasi yang tepat.
Definisi-definisi yang bermacam-macam ini menunjukkan
bahwa kepemimpinan melibatkan pengaruh dan pentingnya proses komunikasi. Selain
itu, unsur lain dalam definisi tersebut adalah terfokus pada pencapaian tujuan.
Keefektifan pemimpin khususnya dipandang dengan ukuran tingkat pencapaian satu
atau kombinasi tujuan tersebut.
Definisi-definisi yang berbeda-beda tersebut mengandung
kesamaan asumsi yang bersifat umum ,seperti:
- Di dalam satu kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih (pemimpin dan pengikutnya)
- dalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan. (Wahjosumidjo, 2002: 17)
Selain kesamaan asumsi tersebut, terdapat perbedaan
pula, yaitu:
- siapa yang menggunakan pengaruh
- tujuan dari usaha untuk mempengaruhi
- cara pengaruh itu digunakan
Adapun menurut Fattah (2004:88), pemimpin pada
hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan, dan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan
sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Pemimpin memiliki peranan yang sangat pentiong. Purwanto
(2004:65) menyatakan bahwa menurut ahli ilmu jiwa, pemimpin yang baik memiliki
peran:
- Sebagai pelaksana (executive)
- Perencana (planner)
- Seorang ahli (expert)
- Mewakili kelompoknya
- Mengawasi hubungan antar anggota kelompok
- Bertindak sebagai pemberi ganjaran dan hukuman
- Bertindak sebagai wasit dan pengarah
- Merupakan bagian dari kelompok
- Lambang kelompok
- Pemegang tanggung jawab
- Sebagai pencipta/memiliki cita-cita
- Bertindak sebagai ayah
- Sebagai kambing hitam
B.
Teori Kepemimpinan
Fattah
(2004:88-98) menguraikan teori-teori kepemimpinan sebagai berikut:
1.
Pendekatan Sifat-sifat
Kepemimpinan
Mengenali karakteristik pemimpin yang berhasil merupakan upaya yang
pertama kali dilakukan oleh para peneliti dalam memahami kepemimpinan. Sifat-sifat
pemimpin yang mencakup intelekualitas, hubungan social, kemampuan emosional,
keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban dan
kemauan bekerja keras harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Para
ahli menyebutkan ciri-ciri lain yang harus dimiliki oleh pemimpin. Abdulgani
(1958) menyebutkan bahwa pemimpin harus memiliki kelebihan dalam menggunakan pikiran,
rohani dan jasmani. Menurut Gerungan, pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tga
ciri, yaitu penglihatan social, kecakapan berpikir abstrak, dan keseimangan
emosi. Henry Fayol berpendapat bahwa pemimpin haruslah setia, cerdas, jujur,
sehat, berpendidikan, dan berpengalaman. Sedangkan GR Terry menyebutkan sifat
yang harus dimiliki pemimpin yaitu kekuatan, kestabilan emosi, kemampuan
hubungan manusiawi, dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kecakapan
mengajar, kecakapan bergaul, dan kemampuan teknis.
2.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari
dari pola tingkah laku, bukan dari sifat-sifat pemimpin. Dan bagaimana pemimpin
berperilaku akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan
pengalaman mereka. Disamping itu, pimpinan harus memperhitungkan kekuatan
situasional seperti iklim organisasi, sifat tugas, tekanan waktu, sika anggota
terhadap kekuasaan, bahkan faktor lingkungan organisasi. Para
pendukung teori perilaku mengungkapkan bahwa cara seorang bertindak akan
menentukan keefektifan kepemimpinan yang bersangkutan.
3.
Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan
bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.
Pendukung pendekatan ini diantaranya:
a.
Model Kontingensi (Fiedler dan
Chemer, 1974)
Pendekatan kepemimpinan ini berusaha mengenali faktor-faktor
terpenting dalam seperangkat situasi tertentu, dan meramalkan gaya kepemimpinan paling efektif dalam
situasi seperti itu. Fiedler mengidentifikasi tiga aspek dalam situasi pekerjaan
yang membantu menentukan gaya
kepemimpinan mana yang akan efektif. Aspek pertama yaitu variable hubungan
antara pemimpin dan anggota, kedua variabel struktur tugas dalam situasi kerja,
dan ketiga adalah variable kekuasaan karena posisi pimpinan.
b.
Model Kepemimpinan Vroom Teton
Model ini menjelaskan bagaimana pemimpin harus memimpin
dalam situasi yang bermacam-macam. Model ini menyatakan bahwa tidak ada satupun
gaya kepemimpinan
yang efektif diterapkan dalam semua situasi.
c.
Model Jalur Tujuan
Model ini dikembangkan oleh Martin G Evans (1970) dan
Robert J House (1974) serta Stoner (1986). Model ini didasarkan atas model
pengharapan, menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya
akan imbalan dan nilai, dan memusatkan pemimpin sebagai sumber imbalan. Teori
ini disebut jalur tujuan karena memfokuskan pada cara pemimpin mempengaruhi persepsi
bawahan tentang tujuan kerja. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan akan
menyediakan berbagai macam imbalan, bukan hanya sekedar uang dan promosi, namun
juga dukungan, rasa aman, dan rasa hormat.
C.
Dimensi-dimensi Kepemimpinan
David
G Bowers dan Stanley E Seashore dalam Purwanto (2004:29) menyebutkan empat
dimensi pokok dari struktur fundamental kepemimpinan, yaitu:
1.
Bantuan (support), yaitu
tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang dan dianggap penting
2.
Kemudahan interaksi, yaitu
tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota kelompok untuk mengembangkan hubungan
yang saling menyenangkan
3.
Pengutamaan tujuan, yaitu tingkah
laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai
penccapaian prestasi yang baik
4.
Kemudahan bekerja, yaitu
tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan dengan kegiatan-kegiatan seperti
penetapan waktu, pengkoordinasian, penyediaan sumber-sumber dan bantuan teknis.
Adapun
menurut Purwanto, dimensi kepemimpinan didasarkan pada dua orientasi, yaitu
orientasi system dan persona (2004: 28)
Orientasi
Sistem
|
Orientasi
Persona
|
Mengutamakan produksi- melakukan desakan untuk hasil yang produktif
Pemberitahuan struktur- secara jelas menetapkan peranannya sendiri dan mengajak pengikut
untuk mengetahui apa yang diharapkan
Perwakilan- membicarakan dan bertindak sebagai wakil kelompok
Asumsi peranan- secara aktif melatih peranan kepemimpinan daripada menyerahkan
kepemimpinan kepada yang lain
Persuasi-
menggunakan keyakinan dan bukti secara efektif, menunjukkan keyakinan yang
kuat
Orientasi ke atas- memelihara hubungan dengan yang lebih tinggi, mempunyai pengaruh
terhadap mereka, dan memperjuangkan status yang lebih tinggi
|
Toleransi kebebasan- mengijinkan anggota mengambil inisiatif, keputusan, dan tindakan
Toleransi ketidakpastian- dapat mentoleransi ketidakpastian dan penangguhan tanpa merasa
cemas atau bimbang
Konsiderasi/perhatian- memperhatikan kesenangan, kesehatan, kedudukan, dan kontribusi
pengikut
Tuntutan ketentraman- mendamaikan pertentangan-pertenangan dan mengurangi kekacauan
atau kebingungan terhadap system
Ketepaan prakiraan- memperlihatkan pengertian dan kemampuan memperkirakan hasil-hasil
secara cepat
Integrasi-
memelihara kekompakan organisasi dan menyelesaikan pertentangan-pertentangan
antar anggota
|
D.
Pengembangan Kemampuan Pemimpin
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis
pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya,
sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang
dimilikinya (Purwanto, 2004: 61). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki
pengaruh dalam pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin
dapat melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:
1.
Selalu belajar dari pekerjaan
sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
2.
Melakukan observasi kegiatan
manajemen secara terencana
3.
Membaca berbagai hal yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan
4.
Memanfaatkan hasil-hasil
penelitian orang lain
5.
Berfikir untuk masa yang akan
datang
6.
Merumuskan ide-ide yang dapat
diuji cobakan (Mulyasa, 2004: 127)
Fiedler, dalam Ivancevich (1995:352) menyebutkan bahwa
program pelatihan dan pengalaman dapat meningkatkan kekuasaan dan pengaruh
seorang pemimpin jika situasinya sangat menguntungkan, yaitu untuk kepemimpinan
yang berorientasi pada hubungan, dan cukup sulit untuk yang berorientasi tugas.
Adapun menurut Wahjosumidjo (2002:54), terdapat tiga
macam cara untuk memperbaiki kepemimpinan, yaitu:
- Seleksi (selection)
- Pelatihan (Training)
- Rekayasa situasi (situational engineering)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu instrument
untuk membuat sekelompok orang mau bekerja sama dan berdaya upaya menaati
segala aturan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan
merupakan sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian
termasuk di dalamnya kewibawaan. Sedangkan pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya
dengan menggunakan kekuasaan, dan kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan
dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakannya.
Kualitas pemimpin dapat ditingkatkan melalui bebagai
cara, diantaranya melalui pelatihan atau training,
B.
Saran
Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, hendaknya
kita senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ilmu kepemimpinan maupun bidang
keilmuan lainnya. agar nantinya dapat menjalankan roda organisasi secara
professional.
Sebagai anggota suatu organisasi, hendaknya selalu
bekerjasama dan bahu membahu melakukan yang terbaik untuk kelompoknya,
bekerjasama secara sinergis dengan atasan maupun rekan. dengan demikian, tujuan
organisasi yang diinginkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ivanchevich, John. M; Donely Jr., James H; Gibson,
James L. 1995. Organisasi jilid
I. Jakarta:Erlangga
Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen, Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar