Kamis, 05 Juni 2014

Menggunakan Metode dan Media dalam Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pendahuluan
Pengembangan dan penyesuaian kurikulum dapat berbeda beda pada masing-masing daerah dan waktu. Kendati demikian masih tetap perlu mengacu pada standar pendidikan nasioal agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Standar isi dan standar kompetensi lulusan menjadi acuan utama bagi madrasah dalam pengembangan kurikulum sebagaimana tertuang pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 22 dan 23 tahun 2006 serta perturan Menteri Agama nomor 2  tahun 2008. Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan karena didalam kurikulum tergambar secara jelas dan terencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar mengajar (Dirjen Pendis RI, 2001:15).
Teknologi pembelajaran merupakan pemanfaatan dan pengetahuan spesifik dari peralatan dan keterampilan dalam pendidikan. Teknologi memainkan peran penting dalam pendidikan siswa. Teknologi dan media yang disesuaikan dan dirancang khusus dapat member kontribusi bagi pengajaran yang efektif dari seluruh siswa dan dapat membantu siswa meraih potensi tertinggi mereka, terlepas dari kemampuan bawaan mereka.
Teknologi dan media berperan banyak untuk belajar. Penggunaan teknologi dan media yang umum dilakukan yaitu untuk dukungan tambahan selama pengajaran yang berpusat pada guru. Jika pembelajaran berpusat pada siswa, maka siswa merupakan pengguna utama teknologi dan media.
Bahan-bahan pengajaran yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan dan mendorong pembelajaran. Namun keefektifannya bergantung pada perencanaan dan pemilihan sumber daya yang tepat dan cermat. Pentingnya pemilihan metode dan media yang tepat inilah mendorong kita untuk lebih jauh membahas tentang bagaimana menggunakan metode dan media dalam pembelajaran sebagaimana akan dibahas dalam makalah ini, khususnya jika dikaitkan dengan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Madrasah Aliyah kelas XII semester 2

B.    Topic Pembahasan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar siswa?
2.      Bagaimana menggunakan metode dan media pembelajaran dalam Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Madrasah Aliyah kelas XII semester 2?
3.      Mungkinkah dilakukan integrasi metode dan media?


BAB II
MENGGUNAKAN METODE DAN MEDIA

A.    Mempersiapkan Pengalaman Belajar
Belajar, sebagai sebuah bentuk, harus memiliki persiapan sebelumnya, yaitu dengan mempersiapkan materi, lingkungan belajar, dan mempersiapkan pelajar sebelum diproses dalam suatu kegiatan belajar. Bagi seorang guru, persiapan merupakan hal yang penting. Tahap ini melibatkan peran guru dalam menggunakan teknologi, media dan materi. Untuk mengikuti proses ini, perlu diikuti 5P, yakni preview, atau pratinjau terhadap teknologi, media dan materi; prepare (siapkan)  teknologi, media dan materi; prepare lingkungan, prepare pembelajaran, provide (menyediakan) pengalaman belajar. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
1.      Menyiapkan Material Instruksional
Selama proses seleksi, guru sudah mengidentifikasi teknologi, media dan material yang sesuai untuk audiensi dan tujuan belajar. Guru dan pelajar harus sudah mempersiapkan dan mengembangkan alat-alat yang diperlukan untuk belajar, memastikan bahwa segala keperluannya telah tersedia dan dapat digunakan dengan maksimal, baik audio, visual, bulletin, papan tulis, maupun perlengkapan lainnya.
2.      Mempersiapkan Lingkungan Belajar
Pembelajaran dapat berlangsung dalam banyak lingkungan berbeda. Lingkungan pembelajaran merupakan lingkungan atau situasi fisik yang di dalamnya pembelajaran diharapkan berlangsung. Selain ruang kelas,, pembelajaran juga bias berlangsung dalam laboratorium, perpustakaan, pusat media, taman bermain, aula, atau tempat lainnya (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002: 20). Guru yang mahir dalam bidang pembelajaran mempersiapkan lingkungan belajar agar tercipta pembelajaran yang efektif. Dimanapun pembelajaran dilakukan, segala fasilitas yang dibutuhkan untuk kenyamanan harus dipersiapkan, misalnya tempat duduk yang nyaman, penerangan yang cukup, ventilasi cukup, dan sebagainya
3.      Mempersiapkan Pelajar
Ketika pelajaran dimulai, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan siswa. Beberapa bagian dalam proses pembelajaran merupakan hal penting dalam memulai pembelajaran, misalnya pemberian motivasi, warming up, menciptakan ketertarikan, menginformasikan manfaat dari pembelajaran tersebut, dsb.
4.      Proses Pembelajaran
Proses belajar mengajar dapat diciptakan agar berjalan secara lancer dengan menggunakan langkah-langkah berikut:
a.       Memberikan penjelasan yang mudah dipahami
b.      Menata tahap-tahap pembelajaran
c.       Mencuri perhatian siswa
d.      Tanya jawab
e.       Menciptakan transisi pembelajaran yang mudah dan nyaman
(Newby, 2000:142-145)

B.    Menggunakan Metode dan Media Pembelajaran
Metode-metode dan media-media pembelajaran yang dapat dilakukan menurut Newby (2000: 146-159) diantaranya:

Untuk materi-materi pembelajaran yang banyak berkaitan dengan riset dan penelitian, dapat digunakan metode dibawah ini:
1.      Pembelajaran yang kooperatif
Pembelajaran yang kooperatif mengacu pada pembagian kelompok-kelompok kecil siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan masing-masing tujuan yang sama. Metode ini melatih siswa untuk bekerja sama, melatih pengalaman, skill, dan motivasi  individu untuk saling membantu sesamanya mencapai hasil yang diinginkan. Ide sentral yang ingin dicapai adalah bahwa kerjasama dan interaksi memungkinkan siswa untuk belajar dari beragam sumber, tidak hanya melalui guru. Penelitian telah lama mendukung pernyataan bahwa para siswa belajar dari pelajar lain satu sama lain ketika mereka mengerjakan proyek sebagai sebuah tim (Slavin dalam Smaldino, dkk: 2002:37)
2.      Menemukan suatu penemuan baru/discovery
Strategi discovery menggunakan pendekatan induktif, atau penyelidikan untuk belajar. Strategi ini menyediakan masalah untuk diselesaikan melalui percobaan dan kesalahan (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002:44). Menerapkan metode discovery dapat menempatkan siswa dalam situasi actual, sehingga mereka dapat belajar melalui pengalaman personal. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat menuntut siswa untuk mengembangkan dan menggunakan kemampuan observasi dan perbandingan mereka. Seperti seorang detektif, siswa harus belajar untuk mengikuti petunjuk, aturan, dan pengalaman untuk menerangkan apa yang mereka cari.
3.      Problem solving
Masalah yang mirip kehidupan nyata dapat menjadi titik mula badi pelajar. Problem solving melibatkan penempatan para siswa dalam peran aktif berhadapan dengan masalah baru yang ditemukan dalam kehidupan nyata. Dunia nyata dipenuhi oleh beragam permasalahan yang memerlukan solusi. Beberapa permasalahan boleh jadi mudah dipecahkan, dan beberapa lainnya memerlukan pemecahan yang cukup rumit. Untuk mempersiapkan diri siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan, maka siswa harus dapat menganalisa suatu masalah, dari sebuah hipotesa tentative, data yang terkumpul dan tersaji, serta mengembangkan beberapa macam pendekatan logis untuk memecahkan masalah.
Adapun media yang dapat digunakan dapat berupa multimedia, termasuk computer software, serta penggunaan video

Sedangkan untuk materi yang berkaitan dengan keahlian membaca, translate, dan huruf serta angka, dapat digunakan metode dibawah:
1.      Games/permainan
Permainan memberikan lingkungan yang kompetitif, yang di dalamnya pelajar mengikuti aturan yang telah ditetapkan saat mereka berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang menantang. Oleh karena itu, permainan yang digunakan dalam proses pembelajaran haruslah memiliki aturan yang jelas, dan memiliki konsep yang tidak rancu. Siswa juga harus lebih dahulu dipahamkan dan mengerti aturan mainnya.
2.      Simulasi
Simulasi disini menggunakan situasi yang mirip dengan keadaan atau fenomena sebenarnya. Simulasi melibatkan pelajar untuk menghadapi situasi kehidupan nyata dalam versi diperkecil. Metode ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan fenomena tanpa biaya yang mahal, maupun bahaya yang mungkin dihadapi jika harus mengalami keadaan sebenarnya.
3.      Drill/latihan dan praktek
Drill dan praktek merupakan teknik yang umum dilakukan di dalam kelas. Drill dan praktek diterapkan dalam pembelajaran yang telah diperkenalkan sebelumnya, bukan untuk memperkenalkan materi pelajaran baru. Dalam latihan dan praktek, pembelajar dibimbing melewati serangkaian latihan praktis yang dirancang untuk menyegarkan kembali atau meningkatkan penguasaan pengetahuan konten spesifik. Strategi ini mengasumsikan bahwa pelajar telah menerima intruksi mengenai konsep, prinsip, atau prosedur yang akan mereka praktekkan. Agar efektif, latihan dan praktek harus menyertakan umpan balik untuk memperkuat respons yang benar dan memperbaiki kesalahan yang mungkin dibuat pelajar selama penerapannya. Tujuan dari latihan dan praktek adalah siswa dapat menguasai informasi dengan seminimal mungkin kesalahan (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002:33)
4.      Tutorial
Tutorial berusaha memperkenalkan inti dari pembelajaran dan berfungsi mengetahui perkembangan peserta didik. Dalam tutorial, seorang tutor dapat berupa manusia, peranti lunak atau materi cetakan khusus yang menyajikan konten, mengajukan persoalan atau pertanyaan, meminta respons para pembelajar, memberikan umpan balik yang tepat hingga para pelajar menunjukkan level dasar kompetensi.
Sedangkan media-media yang dapat dipergunakan untuk metode pembelajaran semacam ini adalah dapat berupa audio, teks atau buku, maupun dengan menggunakan objek atau model pembelajaran yang sesungguhnya.

Untuk materi pembelajaran yang memerlukan praktek langsung, seperti pelaksanaan peraturan lalu lintas, transportasi atau yang semacamnya, dapat digunakan metode dibawah:
1.      Presentasi
Dalam sebuah presentasi, sebuah sumber menyajikan, mendramatisasi, atau menyebarkan informasi kepada pembelajar. Komunikasi ini dikendalikan oleh sumber, dengan respons segera dan terbatas atau interaksi dengan pembelajar (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002:31). Dalam presentasi, isi dari materi disampaikan oleh guru atau siswa sedangkan audien menyimak dan mencatat. Disini diharapkan siswa atau audien dapat memahami dan mampu menceritakan kembali isi dari presentasi tersebut.
2.      Demonstrasi
Demonstrasi memperagakan prosedur maupun proses untuk memberikan pengetahuan dari sebuah kegiatan tertentu. Demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau siswa maupun orang lain yang diperlukan.
3.      Diskusi
Diskusi adalah pertukaran gagasan dan opini diantara para siswa atau guru. Strategi ini bias digunakan dalam tahap pembelajaran apapun, dan dalam kelompok kecil maupun besar. Diskusi memberikan kesempatan bagi siswa atau kelompok siswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai suatu topic atau masalah.
Adapun media yang dapat digunakan untuk metode-metode diatas diantaranya media grafis yang berupa beragam gambar, lukisan, diagram, chart, atau media visual lain; slide, maupun papan display, serta rekaman video.

C.    Mengintegrasikan Metode dan Media
Sebagaimana diketahui bahwa seorang guru yang professional selain harus menguasai ilmu atau pengetahuan yang akan diajarkannya, juga harus mengetahui cara menyampaikan atau metode pengajaran tersebut secara efektif, efisien serta berkhlak mulia (Nata, 2003:274). Ketepatan dan kesesuaian metode yang digunakan atau diterapkan guru dalam suatu pengajaran amat bergantung pada kemampuannya dalam memilih metode yang telah disesuaikan dengan pertimbangan prinsip-prinsip pengajaran.
Media merupakan sarana komunikasi dan pembawa informasi dari sumber dan penerima. Dalam pembelajaran, dikenal enam kategori dasar media, yaitu teks, audio visual, video, perekayasa, benda-benda dan orang-orang. Media-media ini disebut juga bahan-bahan pengajaran (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002:7). Bahan-bahan pengajaran yang dirancang dengan baik, dan kuat dapat disimpan dan digunakan kembali serta dimanfaatkan dalam berbagai cara. Bahan-bahan ini harus disajikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan para pelajar memperoleh dampak yang diperlukan.
Belajar didefinisikan sebagai perubahan terus-menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pelajar dan interaksi pelajar dengan dunia (Driscoll dalam Smaldino dkk, 2002:11). John Dewey mengajukan teori bahwa sebagian besar dari manusia tidak belajar dengan cara diberi tahu, namun dengan berbuat. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru ketika seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Seorang guru dapat efektif memanfaatkan teknologi dan media jika memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana siswanya belajar, sedangkan teknologi dan media pembelajaran memberikan ‘perkakas’ untuk melibatkan siswa dalam belajar (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002:11).
Proses pembelajaran merupakan keadaan yang kompleks dan tidak mudah diidentifikasikan, diukur, maupun dibuat karena beragamnya pelajar, setting pembelajaran, dan banyaknya isi materi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa dengan memilih salah satu metode pembelajaran bukan berarti metode lainnya tidak sesuai untuk diaplikasikan, namun bahkan dapat dikombinasikan satu sama lain. Pendidik harus dapat mengidentifikasi suatu metode dan media yang lebih tepat digunakan untuk materi intruksional tertentu. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dan terkombinasi memerlukan scenario pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi efektif dan tetap menyenangkan. Teknologi dan media sebagai alat bantu guru di dalam kelas dapat diintegrasikan sesuai metode yang digunakan. Smaldino, Lowther, dan Russel menyatakan bahwa teknologi terintegrasi paling baik dilakukan dalam pembelajaran (2002:i).
Mc. Alpine dan Weston sebagaimana disebutkan Smaldino menjelaskan bahwa para ahli sepakat bahwa pemilihan teknologi dan media yang sesuai dapat menjadi tugas yang rumit, dengan mempertimbangkan kumpulan sumberdaya yang tersedia, keberagaman para pelajar, dan tujuan spesifik yang harus dicapai. Disinilah diperlukan seleksi yang tepat terhadap metode dan media yang akan digunakan, yaitu diantaranya dengan mempertimbangkan beberapa criteria seleksi, yaitu:
1.      Selaras dengan standar, hasil, dan tujuan
2.      Informasi yang terbaru dan terakurat
3.      Bahasa yang sesuai usia
4.      Tingkat ketertarikan dan keterlibatan
5.      Kualitas teknis
6.      Mudah digunakan
7.      Bebas bias
8.      Terdapat panduan dan arahan (2002: 125).
Komponen terakhir dari langkah penggunaan metode dan media yang tepat adalah mengevaluasi dan merevisi yang meliputi penilaian strategi, teknologi dan media. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Apakah strategi pembelajaran telah berjalan efektif, dapatkah ditingkatkan lagi, dan apakah teknologi dan media telah dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar. Salah satu komponen kunci dari evaluasi dan revisi dapat ditelaah melalui masukan dari para pelajar, umpan balik melalui diskusi dan wawancara, serta evaluasi melalui diskusi dengan rekan sejawat maupun administrator sekolah (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2002:148)





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Belajar sebagai suatu proses yang kompleks memerlukan perencanaan yang tepat dan matang, baik itu dari segi materi, isi, metode, teknologi maupun media yang digunakan. Teknologi dan media sebagai alat bantu guru di dalam kelas dapat diintegrasikan sesuai metode yang digunakan oleh guru. Pemilihan teknologi dan media yang sesuai dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kumpulan sumberdaya yang tersedia, keberagaman para pelajar, dan tujuan spesifik yang harus dicapai.
Jika guru telah melakukan seleksi dan pemilihan metode dan media yang tepat, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan evaluasi dan bila perlu dilakukan revisi agar penggunaan metode dan media dapat mendukung penuh kelancaran proses pembelajaran.

B.    Saran
Sebagai pendidik, para guru dan administrator sekolah haruslah pandai-pandai memilih dan mengintegrasikan metode-metode serta media yang tepat dalam menjalankan tugasnya sebagai pencetak kader bangsa agar tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama dapat tercapai.




DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 1990. Sisterm Internship Kependidikan Teori dan Praktek.
Bandung: CV Mandarmaju

Hartani, AL. 2011. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Pressindo

Nata, Abuddin.2003. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana

Newby, Timothy J. 2002. Instructional Technology for Teaching and Learning. New
Jersey: Upper Saddle Rives

Smaldino, Sharon E; Lowther, Deborah L & Russel, James D. 2002. Instructional
Technology and Media for Learning. Jakarta: Kencana Pranada Group


Tidak ada komentar:

Posting Komentar