Senin, 09 Januari 2012

Kepemimpinan Dalam Perspektif MMT/TQM Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep kepemimpinan masih menjadi suatu misteri dan belum ada kesepakatan diantara para ahli tentang apa sebenarnya kepemimpinan dan bagaimana cara menganalisa kepemimpinan. Kepemimpinan perlu memadukan beberapa konsep agar kepemimpinan yang ideal dapat tercapai. Perilaku pemimpin yang positif dan cukup ideal dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok dalam masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, terdapat seseorang yang paling berpengaruh dan dapat dikatakan sebagai pemimpin. Organisasi akan kurang efisien tanpa pemimpin, bahkan tidak mampu mencapai tujuan yang ditentukan. Kepemipinan menghadapi berbagai faktor dalam organisasi seperti struktur, tatanan, koalisi, kekuasaan dan kondisi lingkungan, disamping itu, kepemimpinan dapat menjadi alat pemecahan terhadap beberapa persoalan dalam organisasi. Karena pentingnya kepemimpinan inilah, maka kepemimpinan menjadi perhatian para ahli.

Pentingnya kepemimpinan inilah yang perlu dipahami lebih dalam, khususnya kepemimpinan mutu pendidikan untuk mengantarkan seklah pada revolusi mutu.

B. Topik Pembahasan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan mutu?

2. Apa saja peran dan fungsi Pemimpin pendidikan?

3. Apakah Kepemimpinan sekolah Kaizen itu?


BAB II

KEPEMIMPINAN

DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN

A. Kepemimpinan Pendidikan Mutu

Manusia merupakan makhluk social yang diciptakan untuk berhubungan satu sama lain dalam mencapai tujuan hidupnya. Dalam hubungannya dengan sesame itulah, manusia membutuhkan pemimpin yang membawa kepada pencapaian tujuan demi terwujudnya kebaikan. Berbagai perubahan masyarakat dan krisis multidimensional yang melanda, ditandai dengan sulitnya menemukan sosok pemimpin yang memiliki komitmen tinggi terhadap pendidikan.

Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Ia merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam Wahjosumidjo (2002: 17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja, dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Adapun menurut Ivanchevich (1995: 334 ), kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu. Sutisna (1993), dalam Mulyasa (2004:107) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbin, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Atmosudirdjo dalam Fattah (2004:25) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk persuasi seni (art) pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat.

Penelitian Peters dan Austin dalam bukunya a passion for excellence menyatakan bahwa penentu mutu dalam sebuah intitusi adalah kepemimpinan. Mereka berpendapat bahwa gaya kepemiminan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu, yaitu dengan gaya management by walking about atau manajemen dengan melaksanakan yang menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan prses institusi. Gaya kepemimpinan ini mementingkn komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada pihak-pihak lain, serta berbaur dengan para staf dan pelanggan (Sallis, 2008:170).

Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam organisasi. Piramida kepemimnan mutu dibawah ini menggambarkan perubahan peran para professional pendidikan sekarang ini (Arcaro, 2005:17).

Flowchart: Merge: Masyarakat Siswa Orang tua Guru  Staf Administraror Pengawas Dewan sekolah

Visi bagi setiap system pendidikan dibangun oleh dewan sekolah dan pengawas berdasar masukan dari komunitas dan staf. Pemimpin mutu dalam pendidikan memiliki kemampuan dalam menggambarkan visi dari para stafnya di sekolah tersebut dan mengilhami para staf untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mewujudkan visi tersebut. Inilah yang disebut konsep tanggung jawab bersama dan pemberdayaan (Arcaro, 2005:17). Pemberdayaan dan tanggung jawab disini berarti orang didorong untuk terbuka, kreatif dan inovatif dalam menemukan cara kerja baru untuk mencapai visinya didalam system yang memungkinkan setiap orang mencapai visi dalam keseluruhan system. Definisi ini menakui adanya interdependensi antara personil dan fungsi. Dalam hal ini pemimpin mutu mendorong stafnya untuk mencapai tujuan utama organiasi, yaitu perbaikan mutu berkelanjutan (Arcaro, 2005:18)

Otritas dan kekuasaan sudah tidak lagi ‘digunakan’ dalam kamus kepemimpinan mutu. Dalam piramida kepemimpinan mutu, dewan sekolah, administrator dan pengawas harus memberikan sumber daya yang diperlukan staf dan guru untuk menunjang keberhasilan. kendati toritas dan kekuasaan sudah tidak dipakai lagi, namun dewan sekolah, pengawas dan administrator tetap memiliki kewengangan membuat keputusan yang mencerminkan kepedulian, pendapat dan sikap seluruh staf dan customer.

Dalam piramida kepeimpinan mutu, setiap orang merupakan pemimpin. Untuk mencapai visi mutu pendidikan, pemimpin sekolah harus dapat memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang seluas-luasnya untuk meningkatkan pembelajaran. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi dalam bertindak (Sallis, 2008: 174). guru harus mengajak siswanya untuk memandang dirinya sebagai pemilik visi dan mendengarkan dan bertindak berdasarkan gaasan inovatif dan kreatif siswa guna mencapai visi tersebut. Sebagai pemimpin mutu, setiap orang bertanggung jawab menghilangkan kendala pencapaian kinerja tinggi. Visi sebagai pemberi arah bagi setap orang untuk mengikuti, dan setelah arahan diketahui, selanjutnya adalah menghilangkan rintangan yang menghalangi ssorang untuk menjadi seseorang berkinerja tinggi (Arcaro, 2005:20).

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan guru, pemimpin memiliki peran penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerja sama dalam satu tim. Pemimpin harus memiliki criteria berikut ini;

1. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan meted ilmiah, prinsip-prinsip mutu statistic dan kontrl proses

2. Memilih untuk meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya bersikap

3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka

4. Menanyakan pendapat staf tentang system dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan, pelajar, orang tua maupun partner kerja

5. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai dengan manajemen atas ke bawah (top-down)

6. Memindahkan tanggung jawab dan control pengembangan tenaga profesinal langsung pada guru dan pekerja teknis

7. Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinu diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah

8. Mengembangan kemamuan pemecahan masalah serta negosiasi dalam rangka menyelesaikan konflik

9. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri

10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu, seperti membangun tim, manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan

11. Memberikan teladan yang baik.

12. Belajar untuk berperan sebagai pelatih, bukan sebagai bos

13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko

14. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi pelanggan internal dan eksternal

B. Peran Pemimpin Pendidikan

Peran pemimpin dalam manajemen mutu sangat signifikan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi pemimpin. Menurut Peters dan Austin sebagaimana dikutip Sallis (2008: 170), pemimpin pendidikan harus memiliki prespektif dibawah ini:

1. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, pelajar dan komunitas yang lebih luas. Manajer harus memberi arahan, visi dan inspirasi. Mentalitas yang menganggap dirinya bos harus dirubah menjadi pendukung dan pemimpin staf.

2. Dekat dan untuk pelanggan pendidikan, yakni pelajar. Hal ini mencerminkan bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhada pelanggan utamanya.

3. Pemimpin harus melakukan inovasi diantara stafnya dan bersiap mengantisipasi kegagalan yang merintangi inovasi tersebut.

4. Menciptakan rasa kekeluargaan

5. Memiliki sifat-sifat personal yang dibutuhkan, yaitu ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme.

Pemimpin pendidikan memiliki fungsi utama sebagai berikut:

1. Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi

2. Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu. Komitmen memerlukan antusiasme dan tak henti terhadap pemberdayaan mutu, selalu menghendaki kemajuan dengan metode dan cara yang baru (Spanbauer dalam Sallis, 2008:175)

3. Mengkomunikasikan pesan mutu

4. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek intitusi

5. Mengarahkan perkembangan karyawan

6. Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti yang jelas

7. Memimpin inovasi dalam nstitusi

8. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggung jawab dan mampu memersiapkan delegasi yang tepat

9. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik organisasional maupun cultural

10. Membangun tim yang efektif

11. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawali dan mengevaluasi kesuksesan

(Sallis, 2008:173-174)

C. Kepemimpinan Sekolah Kaizen

Kaizen atau continous improvement adalah aktivitas perubahan yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan apa yang telah dicapai ke arah yang lebih baik. Pemimpin sekolah Kaizen akan berperan sebagai pembimbing, komunikator, pelatih, motivator, dan sumber yang bisa digunakan oleh timnya. ia lebih memperhatikan bagaimana guru dan stafnya bekerja, bukan hanya memberikan perhatian pada apa yang dihasilkan timnya. Kemampuan dan keahlian kepala sekolah Kaizen harus sesuai dengan peranannya yang berpusat pada penggerakan dan pemberdayaan warga sekolah. Keberhasilan pemimpin sekolah Kaizen lebih diekspresikan bagaimana dia bisa memenuhi tanggung jawabnya pada tim agar meraih standar kualitatif dan kuantitatif (Danim, 2008:225).

Kepemimpinan Kaizen di lembaga sekolah akan mendorong optimalisasi pemberdayaan sumber daya sekolah. Di dalamnya mengintegral tugas-tugas manajemen sekolah Kaizen yang idealnya mampu memenuhi tuntutan pasar dengan keunggulan kompetitif, setidaknya tuntutan masyarakat local akan pendidikan. Dalam kerangka pemberdayaan ini, kepala sekolah Kaizen harus mampu melakukan perubahan perilaku manajerial seperti dikemukakan oleh Tony Barnes (1998) dalam Danim (2008:226) berikut ini:

Dari

Menjadi

Hierarki

Jaringan kerja dan perampingan

Pemecahan masalah secara linier dan berurutan

Pemecahan masalah secara pararel dan serempak

Tugas-tugas vertical di dalam unit-unit fungsional

Tugas-tugas horizontal dan kerja sam antar fungsi

Isi

Proses

Kebenaran absolute berdasarkan hokum dan prinsip yang tidak fleksibel

Prakiraan-prakiraan dinamis yang berdasarkan sifat mendua dan paradoks

Manajer pemimpin dan para pekerja mengikuti

Pekerja diberdayakan dan diberi fasilitas untuk mengadakan inovasi dan memprakarsai perubahan

Teknik-teknik tunggal

Sintesis holistis

Perusahaan sebagai mesin dengan penekanan keras pada strategi, struktur dan sistem

Perusahaan sebagai organisme dengan penekanan lunak pada gaya, staf, dan nilai-nilai bersama.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan dalam Manajemen berbasis mutu mengedepankan pemberdayaan para guru dan karyawan sekolah untuk mengerahkan segenap kemampuan dan inovasinya dalam mencapai tujuan sekolah, menempatkan pemimpin bukan sebagai bos, namun sebagai pendukung dan mtivator bawahannya. Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam organisasi.

B. Saran

Pesatnya perkembangan informasi dan tuntutan kemajuan zaman menuntut pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan sekolah untuk melakukan yang terbaik untuk sekolah. Untuk itu, paradigma kepemimpinan sekolah yang tradisional tampaknya sudah perlu dirubah menjadi kepemimpinan mutu untuk mengadakan perbaikan kntinu pada manajemen sekolah.


Daftar Pustaka

Arcaro, Jerome S. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta Pustaka Pelajar

Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ivanchevich, John. M; Donely Jr., James H; Gibson, James L. 1995. Organisasi jilid I. Jakarta:Erlangga

Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sallis, Edward. 2008. Total Quality Management in Education. alih bahasa lehAhmad Ali Riyadi & Fahrurroozi. Ygyakarta: Ircisod

Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen, Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar